Ketika kita di rantauan pastilah mempuyai tujuan tertentu, tujuan itu diantaranya adalah merantau untuk mencari ilmu, merantau dengan kepentingan ekonomi, merantau untuk mencari pengalaman dan yang intinya merantau untuk menghidupi kehidupan manusia.
Dalam landasan ini, saya menceritakan kisah-kisah hidupku dalam bentuk cerita yang singkat pernah saya lalui di rantauan. Menghidupi kehidupan di kota besar ternyata tidak semuda yang saya bayangkan. Pada tanggal 28 Agustus 2012 hari yang tepat saya tiba di Asrama Mahasiswa Universitas Hasanuddin Kota Daeng Makassar Sulawesi Selamatan. Saya merasakan betapa kerasnya hidup di kota Daeng Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Semester pertama saya lalui dengan sangat susah penyesuaian lingkungan maupun Kampus, dan Semester awal saya menempu ilmu, makin membuka mataku akan kerasnya di rantauan kota Daeng ini.
Dalam perjalanan hidupku di rantauan, kebahagiaan canda dan tawa selalu saya rasakan, kesedihan, air matapun selalu menyelimuti hidup ini. suasana dalam keadaan ini setiap hari selalu berubah kadang bahagia, kadang sedih, aku selalu tabah dan kuat dalam menjalaninya sehari-hari dengan Pertolongan Tuhan yang dasyat.
Dengan prinsip hati nuraniku "Modal Kehidupanku Adalah Keyakinan” saya tetap semangat dalam menjalani hidup keseharian, disaat hari-hariku selalu di halangi oleh sesuatu yang saya tidak iniginkan, dalam hatiku selalu berkomitmen pada prinsip hidupku dengan Visi saya tanamkan dalam hatiku “Pasti Saya Bisa Bersama Tuhan Yesus”
Terkadang jadi seorang perantau tidak menyenangkan, biasanya makan tiga kali sehari setelah merantau terkadang hanya makan satu kali sehari bahkan tidak makan pun seharian harus ditahan, bukan karena tidak ada makanan, tetapi saat saya sudah duduk di meja makan, dan begitu menunya mewa-mewa, aku tertekan dan mengingat kampung halanmuku, dari kampung halamnku menikmati makanannya yang sangat sederhana, tapi saat saya rantauan makanan mewa-mewa yang saya makan, maka itu rasanya sangat sakit harus butuh kesabaran untuk menghadapi hidup, kadang saya ingin menyerah dan meninggalkan kota Daeng dan saya selalu sedih di saat mengingat orang tua di kampung halamanku.
Semuanya ini jadi sebuah tantangan yang sangat besar dalam hidupku, harus mempunyai semangat yang tinggi untuk menjalaninya. Semakin banyak pengalaman, pengetahuan, dan cara bergaul dengan sesama, semua itu jadi motivasi dalam hidupku. Jadi seorang anak perantau itu harus mempunyai perjuangan dan tetap semangat dan takkan menyerah walau berbagai tantangan yang harus di hadapi, tapi bertahanlah dalam Tuhan karena hidup adalah butuh proses perjuangan.
Selama kita hidup di dunia ini Tuhan tidak buta, Tuhan selalu dan selalu ada disamping kita, oleh sebab itu setiap langkah hidup kita, kita Andalkan Tuhan. Jangan lupa berdoa, karena doa kita adalah tongkat yang tidak bisa dipatahkan oleh kekuatan duniawi yang menggoda kita selama menghidupi kehidupan di dunia. Akhir kata jangan pernah menyerah anak rantauan Tulang Punggung Bangsa Papua. Kita Bisa Bersama Tuhan Yesus yang hidup, selalu ada dalam hidup kita.
Makassar 25 Juni 2014
By Kristian Bisa Degei